Kamis, 26 Februari 2015

Marmut Merah Jambu (film)




Marmut Merah Jambu adalah film indonesia tahun 2014 bergenre drama komedi yang dirilis pada 8 Mei 2014 dan dibintangi oleh Raditya Dika, Franda, Kamga Mo, Tio Pakusadewo, Dewi Irawan danBucek Depp. Film ini diangkat dari novel karya Raditya Dika yang berjudul sama.

Saat resmi mengakhiri jadwal tontonnya di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini meraup 637 ribu penonton di sepanjang penayangannya, film karya sutradara Raditya Dika itu sukses menduduki peringkat tiga besar di daftar Indonesia film terlaris 2014.

Seperti dikutip dari filmindonesia.or.id, Jumat, 6 Juni 2014, angka tersebut juga sukses menggeser film drama 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 yang sebelumnya berjaya lewat 587 ribu penonton

Marmut Merah Jambu ini berkisah tentang Dika yang menceritakan kisah cinta pertamanya ketika masa SMA, dengan perempuan bernama Ina Mangunkusumo. Selain itu dikisahkan pula saat Dika dan temannya Bertus yang membentuk grup detektif untuk memecahkan masalah teman-temannya, juga persahabatannya dengan Cindy.

Suatu hari Dika bertemu dengan bapaknya Ina Mangunkusumo, cinta pertamanya di SMA. Dika menceritakan usahanya membuat grup detektif untuk menarik perhatian Ina. Grup itu dibuat bersama Bertus, temannya yang sama-sama anak terbuang di sekolah. Dika juga bercerita tentang persahabatannya dengan cewek unik bernama Cindy di SMA. Seiring dengan cerita Dika, dia sadar: ada kasus di masa lalunya yang belum selesai hingga dia dewasa. Seiring dia berusaha memecahkannya, seiring itu pula dia bertanya, benarkah cinta pertama enggak kemana-mana?
Kalian bisa menonton film marmut merah jambu di sini

Kamis, 29 Januari 2015

KEN & KASKUS – CERITA SUKSES DI USIA MUDA


KEN & KASKUS – CERITA SUKSES DI USIA MUDA


Pernah terpikir atau terangankan tentang sebuah buku yang dapat mengakomodir pecinta buku dan pecinta kaskus? Jika kamu pecinta keduanya, buku biografi Ken & Kaskus yang ditulis oleh Alberthiene Endah ini patut untuk kamu baca. Sekilas, apabila melihat judul dari buku yang bercover kuning menyala ini, yang terbayangkan hanyalah sebuah buku yang bercerita tentang Ken Dean Lawadinata, salah seorang owner kaskus selain Adrew Darwis. Walaupun terus terang saja, kaskuser mungkin masih agak asing dengan sosok Ken, karena begitu dominannya sosok Andrew sebagai founder dan pemilik kaskus. Tentu saja, harus dibaca lagi judul buku ini dengan seksama, Ken & KASKUS, maka akan terungkaplah bahwa buku ini tidak sekedar bercerita tentang Ken, tetapi juga tentang kaskus, serta sejarah berdirinya kaskus, tentu saja dari sudut pandang Ken.
Ken dan Andrew bertemu di Seattle pada sekitar tahun 2005. Pada saat itu, kaskus telah mulai terkenal di Indonesia. Ken, yang semula tak tahu bahwa Andrew adalah sepupunya, semakin terkejut ketika mengetahui bahwa Andrew ialah pendiri kaskus. Ken pun mulai mengikuti Andrew mengelola kaskus meski secara tidak resmi, lama-kelamaan, Ken pun mulai terobsesi dengan kaskus, dan mulai berpikir dari segi bisnis, bahwa kaskus suatu saat akan menjadi besar dan berpotensi memberi keuntungan yang luar biasa. Atas dasar kecintaan dan potensi bisnis itulah Ken mulai “merayu” Andrew untuk ikut berpartner dalam kaskus meski dengan usaha yang sangat keras karena Andrew sangat berhati-hati dalam menangani “bayi”-nya tersebut, ya, kaskus.
Buku setebal 320 halaman ini selain bercerita tentang petualangan Ken dan Andrew dalam membesarkan kaskus juga berisi sejarah hidup Ken, mulai dari zaman ia sekolah, hingga ia menjadi CEO termuda. Di awal-awal buku, Ken yang memang mempunyai jiwa kritis sangat mempermasalahkan sekolah di Indonesia. Ya, ia sangat tidak menyukai sekolah dengan sistem yang ada seperti saat ini, pakaian harus seragam, murid harus menurut pada guru, sampai mengenai banyaknya teman-teman Ken yang berlomba-lomba untuk mejadi nomor satu di sekolah. Bahkan, Ken sendiri bersekolah hanya untuk memenuhi harapan orangtuanya, yaitu asal sekolah selesai dengan nilai yang cukup, dan hal itu pulalah yang dilakukan oleh Ken terhadap sekolahnya. Hal lainnya, ken pula bercerita tentang laar belakang keluargaya, bagaimana Kakek dan Ayahnya ialah pebisnis sejati yang merintis karier dari bawah,dan hal ini pulalah yang menjadikan motivasi dalam diri ken untuk mengikuti jejak mereka.
Kaskus pun tak luput dari hal yang diceritakan di buku ini. Awal mula berdirinya kaskus, terjeratnya kaskus dengan UU ITE, hingga serangan DDOS yang menimpa kaskus pada tahun 2008. Semua diceritakan dengan gaya bahasa yang enak untuk dibaca. diceritakan pula “markas” kaskus dari awal berdiri di kawasan Kota, Melawai, hingga mempunyai kantor baru di kawasan Kuningan. Bagaimana kaskus berbisnis pun diungkap disini, mulai dari susahnya mencari karyawan dan iklan, hingga akhirnya kaskus sebagai media online mulai dilirik perusahaan-perusahaan besar untuk bekerja sama.
Judul lengkap buku ini sendiri ialah: Ken & Kaskus, Cerita Sukses di Usia Muda. Sayangnya, buku ini tak dilengkapi dengan biodata Ken sendiri, sehingga judul buku yang memuat kata-kata “Usia Muda” cukup mengganjal, karena bagaimana kita tahu ken menjadi CEO pada usia muda, padahal data dirinya sendiri pun tidak tahu. Mungkin biodata diri dari Ken bisa dicantumkan untuk setidaknya memberi gambaran seperti apa Ken itu sebenarnya, dan hal-hal kecil menarik apa yang dapat pembaca tarik kesimpulan dari data dirinya tersebut. Namun overall, buku ini enak untuk dibaca, terutama bagi pecinta kaskus yang penasaran bagaimana kaskus berdiri dan bertumbuh besar, walaupun dari buku ini sendiri sosok Ken masih agak misterius untuk para kaskuser sendiri. Suatu karya yang indah dari Alberthiene Endah, suatu karya bintang lima.